Sabtu, 12 November 2011

Tsunami


Gempa dengan kekuatan 8,9 skala Richter mengguncang Jepang, Jumat 11 Maret 2011. Gempa itu memicu tsunami yang memporak-porandakan pesisir timur negara itu. Sebuah pukulan besar bagi Jepang yang dikenal negeri paling siap menghadapi gempa dan tsunami di muka bumi ini. Berdasar data Badan Meteorologi Jepang, gempa yang memicu sunami ini merupakan yang terdahsyat dalam kurun waktu 140 tahun terakhir. Belum lagi ditambah meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Fukushima. Negeri Sakura di ambang bencana nuklir.


Pusat gempa tepat berada 130 kilometer (km) di lepas pantai timur kota Sendai atau 400 km di timur laut kota Tokyo pada kedalaman 24,4 km. Gempa bumi ini menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat setinggi 10 meter di sekitar kota Sendai.

Jumlah orang yang dikonfirmasikan tewas atau tercatat sebagai orang hilang oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang mencapai 18.000 pada Sabtu, delapan hari setelah gempa dahsyat dan hantaman tsunami. Ada kekhawatiran jumlah korban tewas jauh lebih tinggi dari bencana yang menyapu daerah permukiman yang luas sepanjang pantai Pasifik utara pulau Honshu itu.

Badan kepolisian nasional seperti dilaporkan AFP mengatakan, 7.197 orang telah dikonfirmasi tewas dan 10.905 resmi terdaftar sebagai hilang , total 18.10. Hingga pukul 09:00 waktu setempat Sabtu, sebagai akibat dari bencana 11 Maret itu.

Sejauh ini pemerintah Jepang telah menginstruksikan penduduk yang tinggal dalam radius 20 sampai 30 kilometer dari lokasi PLTN Jepang untuk tinggal di dalam rumah. Pemerintah Jepang menaikkan level bahaya radiasi Nuklir ke level lima akibat rusaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Fukushima.

Gempa dan tsunami menimbulkan krisis di Jepang, bahkan yang terburuk paska Perang Dunia II. Bagaimana masyarakat Jepang menghadapi bencana ini? Seperti dimuat situs CNN, makanan dan air menjadi barang langka di Jepang. Listrik di zona tsunami nyaris tak ada. Namun, berbeda dengan kondisi bencana di negara lain di mana terjadi kerusuhan, ledakan emosi publik yang marah dan berduka, warga Jepang nampak tenang meski berkabung. Masyarakat dengan sabar berdiri, antre selama berjam-jam dengan teratur demi mendapat beberapa botol air.


Selasa, 01 November 2011

BATIK INDONESIA





Batik (atau kata Batik) berasal dari bahasa Jawa "amba" yang
berarti menulis dan "nitik". Kata batik sendiri meruju pada teknik pembuatan corak - menggunakan canting atau cap - dan pencelupan kain dengan menggunakan bahan perintang warna corak "malam" (wax) yang
diaplikasikan di atas kain, sehingga menahan masuknya bahan pewarna. Dalam bahasa Inggris teknik ini dikenal dengan istilah wax-resist dyeing. Jadi kain batik adalah kain yang memiliki ragam hias atau corak yang dibuat dengan canting dan cap dengan menggunakan malam sebagai bahan perintang warna. Teknik ini hanya bisa diterapkan di atas bahan yang terbuat dari serat alami seperti katun, sutra, wol dan tidak bisa diterapkan di atas kain dengan serat buatan (polyester). Kain yang pembuatan corak dan pewarnaannya tidak menggunakan teknik ini dikenal dengan kain bercorak batik - biasanya dibuat dalam skala industri dengan teknik cetak (print) - bukan kain batik.


Batik telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai budaya Indonesia dan merupakan kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak "Mega Mendung", dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaa
n membatik adalah lazim bagi kaum lelaki.

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak be
bungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

Teknik membatik telah dikenal sejak ribuan tahun yang silam. Tidak ada keterangan sejarah yang cukup jelas tentang asal usul batik. Ada yang menduga teknik ini berasal dari bangsa Sumeria, kemudian dikembangkan di Jawa setelah dibawa oleh para pedagang India. Saat ini batik bisa ditemukan di banyak negara seperti Indonesia, Mala
ysia, Thailand, India, Sri Lanka, dan Iran. Selain di Asia, batik juga sangat populer di beberapa negara di benua Afrika. Walaupun demikian, batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik yang berasal dari Indonesia, terutama dari Jawa.

Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Pr
esiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB. UNESCO menunjuk batik Indonesia sebagai mahakarya warisan budaya manusia pada 2 Oktober 2009