Gempa dengan kekuatan 8,9 skala Richter mengguncang Jepang, Jumat 11 Maret 2011. Gempa itu memicu tsunami yang memporak-porandakan pesisir timur negara itu. Sebuah pukulan besar bagi Jepang yang dikenal negeri paling siap menghadapi gempa dan tsunami di muka bumi ini. Berdasar data Badan Meteorologi Jepang, gempa yang memicu sunami ini merupakan yang terdahsyat dalam kurun waktu 140 tahun terakhir. Belum lagi ditambah meledaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Fukushima. Negeri Sakura di ambang bencana nuklir.
Pusat gempa tepat berada 130 kilometer (km) di lepas pantai timur kota Sendai atau 400 km di timur laut kota Tokyo pada kedalaman 24,4 km. Gempa bumi ini menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat setinggi 10 meter di sekitar kota Sendai.
Jumlah orang yang dikonfirmasikan tewas atau tercatat sebagai orang hilang oleh Badan Kepolisian Nasional Jepang mencapai 18.000 pada Sabtu, delapan hari setelah gempa dahsyat dan hantaman tsunami. Ada kekhawatiran jumlah korban tewas jauh lebih tinggi dari bencana yang menyapu daerah permukiman yang luas sepanjang pantai Pasifik utara pulau Honshu itu.
Badan kepolisian nasional seperti dilaporkan AFP mengatakan, 7.197 orang telah dikonfirmasi tewas dan 10.905 resmi terdaftar sebagai hilang , total 18.10. Hingga pukul 09:00 waktu setempat Sabtu, sebagai akibat dari bencana 11 Maret itu.
Sejauh ini pemerintah Jepang telah menginstruksikan penduduk yang tinggal dalam radius 20 sampai 30 kilometer dari lokasi PLTN Jepang untuk tinggal di dalam rumah. Pemerintah Jepang menaikkan level bahaya radiasi Nuklir ke level lima akibat rusaknya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Fukushima.
Gempa dan tsunami menimbulkan krisis di Jepang, bahkan yang terburuk paska Perang Dunia II. Bagaimana masyarakat Jepang menghadapi bencana ini? Seperti dimuat situs CNN, makanan dan air menjadi barang langka di Jepang. Listrik di zona tsunami nyaris tak ada. Namun, berbeda dengan kondisi bencana di negara lain di mana terjadi kerusuhan, ledakan emosi publik yang marah dan berduka, warga Jepang nampak tenang meski berkabung. Masyarakat dengan sabar berdiri, antre selama berjam-jam dengan teratur demi mendapat beberapa botol air.